POJOKSATU.ID, BINJAI – Pasar Terapung buatan, yang berlokasi di objek wisata Sawah Lukis Kota Binjai Provinsi Sumatera Utara (Sumut) ini, menjadi tempat yang menarik untuk berburu takjil di bulan Ramadan 1444 Hijriah.
Founder Pasar Terapung, Ahmadi mengatakan kawasan Sawah Lukis berada diujung Utara Kota Binjai dan minim pengujung saat sore hari. Maka dari itu, Pasar Terapung difungsikan untuk menggeliatkan kembali pelaku UKM yang ada disekitar wisata tersebut.
“Pasar terapung ini dibuat untuk menggeliatkan lagi kawasan ini. Sore hari kawasan ini sudah minim pengunjung karena terletak dibagian ujung binjai,” ujar Ahmadi, saat diwawancara awak media, Minggu (26/3/2023).
Menurutnya, Pasar Terapung Binjai menjadi salah satu peluang floating market yang memberikan sentuhan baru terhadap kawasan wisata di Kota Binjai.
“Saya pikir, Pasar Terapung ini belum ada di Sumut, maka kita coba desain Pasar Terapung ini dengan memanfaatkan aliran sungai sawah yang berukuran 100 meter,” ujarnya.
Ditambahkannya lagi, bulan Ramadan seperti ini selain mencari kebutuhan berbuka, sering sekali masyarakat jalan sore-sore bersama keluarga sambil menunggu buka.
“Kebiasaan masyarakat di bulan Ramadan itu berburu takjil, jadi kami menyediakan ragam takjil berbuka puasa, sambil jalan-jalan melihat pemandangan sawah, jadi pulangnya membawa takjil,” ucap Ahmadi.
Pasar Terapung Binjai dilaksanakan sejak tanggal 1 Ramadan hingga 29 Ramadan mendatang. Buka pada pukul 16.00 WIB sampai jelang berbuka puasa. Pasar ini terletak di Jalan Pertamina Cengkeh Turi, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai.
1. Meningkatkan Geliat UKM Binjai
Ahmadi menyediakan tempat antimainstream secara gratis kepada pelaku UKM Kota Binjai. Terlihat antusias pengunjung semakin meningkat dari hari kehari.
“Antusiasnya dari hari kehari bertumbuh, kami akan menambah produk dari UKM lain yang memiliki keunikan sehingga dapat menjadi daya tarik untuk pengunjung datang ke Pasar Terapung,” kata Ahmadi.
Ia juga berharap banyak pelanggan yang melakukan repeat order, sehingga UKM Kota Binjai mendapat pasar yang lebih luas.
2. Ragam Kue Khas Daerah untuk Berbuka
Pasar Terapung menyediakan bermacam menu makanan khas daerah seperti Aceh, Melayu dan Jawa. Tersusun cantik jajanan pasar tradisional khas nusantara di atas tampah.
Ada kue bingka khas Aceh, olahan ubi seperti getuk dan sate ubi warna-warni khas Jawa, serta kue lapis khas Melayu. Tidak hanya itu ragam kue tradisional yang tersedia adalah, ombus-ombus, pulut panggang, lemper, dadar gulung dan masih banyak lagi.
Ragam takjil juga tersedia seperti bubur kacang hijau, bubur ubi, bubur sumsum, dan bubur jagung. Bagi anda yang suka dengan makanan gurih dan pedas juga tersedia, seperti mie pecal, sate kerang, dan sate rendang jengkol.
Selain menyediakan makanan tradisional Pasar Terapung juga menyediakan jajanan pasar lainnya, seperti puding dan risoles. Risoles menjadi salah satu menu jajanan yang banyak digemari pengunjung. Di sini, tersedia dua menu varian risoles, yaitu risol ayam dan risol mayo dengan topping modern seperti keju, mayones, dan smoked beef.
“Harganya dimulai dari Rp 1.000 sampai Rp 10.000,” terang Ahmadi
Tidak hanya makanan, di sini juga tersedia aneka minuman yang segar untuk melepas dahaga setelah seharian berpuasa.
3. Makanan Khas Thailand
Selain makanan tradisional Indonesia Pasar Terapung Binjai juga menyediakan menu dari negara Gajah Putih. Dua menu andalannya adalah pulut mangga dan ubi manciam.
Pulut mangga atau Mango sticky rice merupakan makanan khas Thailand, yaitu perpaduan nasi ketan yang disajikan dengan potongan buah mangga segar, lalu disiram saus santan kental, perpaduan gurih santan dan segarnya mangga akan memanjakan lidah anda.
Singkong Thailand atau ubi manciam, adalah salah satu dessert Thailand yang memiliki rasa gurih, manis, legit dan lembut jadi satu. Di Thailand ubi manciam dinikmati dengan wijen di atasnya, namun di Pasar Terapung ini anda akan menikmati ubi manciam dengan toping jagung.
“Pertama floating market awalnya terkenal di Thailand, walaupun di Indonesia ada di Martapura Kalimantan Selatan, tapi yang booming pertama kali di Thailand. Maka dari itu kami coba hadirkan menu yang bernuansa thailand.” tutup Ahmadi. (TIK/pojoksatu)