Kisah Nabi Muhammad Batal Bocorkan Waktu Pasti Malam Lailatul Qadar

Ilustrasi gambar kisah Nabi Muhammad SAW (net)

POJOKSATU.id, JAKARTA — Malam Lailatul Qadar atau malam yang penuh kemuliaan seakan sebuah kejutan pada orang yang beriman.

Sebab, tidak ada yang tahu secara pasti waktu datangnya malam Lailatul Qadar selain Allah SWT.

Hal yang pasti diyakini soal waktu kedatangan Lailatul Qadar yakni terjadi pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan.

Tepatnya pada malam-malam ganjil sesuai dengan perintah Rasulullah SAW pada umatnya yag sudah tertuang dalam hadits.


“Carilah Lailatul Qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan “. (HR Bukhari).

Baca Juga :

Kisah Nusaibah, Wanita Pertama Prajurit Rasulullah, Penyelamat Nabi di Perang Uhud

Ketidakpastian waktu kedatangan ini pun melahirkan sejumlah prediksi dari para ulama besar, seperti Imam Al Ghazali dalam Ihya Ulumuddin maupun ulama mazhab Syafi’i.

Menurut Imam Al Ghazali, waktu jatuhnya malam Lailatul Qadar ada kesesuaian dengan hari pertama dimulainya Ramadan. Kemudian para ulama mazhab Syafi’i berpendapat, lailatul qadar disebut jatuh pada 21 dan 23 Ramadan.

Suatu ketika, Rasulullah SAW sendiri pun, dulunya pernah hampir membocorkan waktu datangnya malam Lailatul Qadar pada umatnya. Namun, hal tersebut dibatalkan oleh beliau karena terjadi peristiwa tertentu.

Diceritakan dalam buku Ringkasan Shahih Bukhari oleh Muhammad Nasir al-Din Albani, pada mulanya, Rasulullah SAW hendak memberitahukan umatnya tentang waktu pasti satu malam terjadinya Lailatul Qadar. Tapi, hal tersebut tertunda setelah Rasulullah melihat dua umatnya tengah berselisih.

Atas izin Allah SWT, peristiwa tersebut menyebabkan hilangnya pengetahuan tentang tanggal Lailatul Qadar dari kaum muslim.

Diceritakan Ubadah ibnu Ash-Shamit bahwa ia berkata; “Nabi keluar untuk memberitahukan kepada kami mengenai waktu tibanya Lailatul Qadar. Kemudian ada dua orang lelaki dari kaum muslimin yang berdebat. Lalu ia bersabda; “(Sesungguhnya aku) keluar untuk memberitahu kan kepadamu tentang waktu datangnya Lailatul Qadar, tiba-tiba si Fulan dan si Fulan berbantah-bantahan. Lalu, diangkatlah pengetahuan tentang waktu Lailatul Qadar itu, namun hal itu lebih baik untukmu. Maka dari itu, carilah dia (Lailatul Qadar) pada malam kesembilan, ketujuh, dan kelima (pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan),” (HR Bukhari).

Dalam hadits ini, yang diangkat bukanlah ketetapan Lailatul Qadar. Melainkan, ketepatan malam turunnya Lailatul Qadar dari sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan yang bahkan luput dari ingatan Rasulullah SAW.

Dalam riwayat hadits Muslim juga menceritakan kisah yang sama, mulanya saat itu Rasulullah SAW sedang beri’tikaf di sebuah tenda pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan. Tujuannya untuk mencari Lailatul Qadar.

Ketika itu Allah SWT memperlihatkan pada Rasulullah SAW bahwa Lailatul Qadar turun pada malam itu. Rasulullah pun bergegas untuk mengabarkan pada umatnya terkait hal tersebut hingga beliau melihat kedua sahabatnya berselisih. Kemudian akhirnya Rasulullah dibuat lupa untuk menyampaikan malam Lailatul Qadar.

Meski hingga kini kerahasiaan waktu Lailatul Qadar masih milik Allah SWT, para ulama pun membahas hikmah di baliknya.

Dr. Thâriq Muhammad mengatakan dalam Rahasia Puasa, Menurut 4 Mazhab, bila satu orang saja mengetahui waktu Lailatul Qadar secara pasti, ada kekhawatiran yakni mereka hanya akan giat pada satu malam itu saja dan bermalas-malasan pada malam-malam lainnya.

Di samping itu, ulama lain juga berpendapat, kerahasiaan Lailatul Qadar ini pada dasarnya untuk menjaga umat Islam dari perselisihan, perpecahan, dan permusuhan.

Ada juga yang berpendapat, Lailatul Qadar masih menjadi misteri semata-mata agar umat muslim selalu giat untuk beramal saleh. (ninda agustina/pojoksatu)