POJOKSATU.ID – Perjuangan Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama Islam harus melewati berbagai rintangan.
Beruntung, Allah SWT mengirimkan orang-orang yang senantiasa membela Rasulullah SAW, salah satunya Hamzah bin Abdul Muthalib, yang dijuluki ‘Singa Allah’.
Hamzah bin Abdul Muthalib adalah paman Rasulullah SAW. Usia Hamzah hampir sama dengan Nabi Muhammad SAW.
Diketahui keduanya lahir pada tahun yang tidak jauh berbeda, yakni Hamzah bin Abdul Muthalib lahir di Mekkah pada tahun 568 M.
Hamzah dikenal sebagai sosok yang sangat pemberani, handal dalam berperang dan tidak takut kepada siapapun.
Dia tak segan-segan mengajak berkelahi walaupun lawan yang dihadapinya adalah seorang pemuka Quraisy. Maka, tak heran jika banyak Kaum Quraisy begitu takut padanya.
BACA JUGA : Kisah Nabi Muhammad Batal Bocorkan Waktu Pasti Malam Lailatul Qadar
Sebagai paman, tentu dia memiliki kedekatan dengan Rasulullah SAW. Walaupun belum masuk Islam, dia sangat menyayangi keponakannya itu.
Hamzah selalu berusaha melindungi keponakan tercintanya. Tak seorang pun dibiarkan untuk menghina dan menganiaya tanpa berhadapan dengan dirinya.
Pada suatu ketika, Abu Jahal bertemu dengan Rasulullah SAW di Bukit Shafa. Dia menghina dan mencaci maki Rasulullah SAW dengan kata-kata kasarnya.
Namun, Rasulullah SAW sama sekali tak membalasnya. Beliau hanya diam dan mendengarkan Abu Jahal.
Seperti diketahui, Abu Jahal merupakan Raja Kaum Quraisy yang sangat bengis.
BACA JUGA : Kisah Nusaibah, Wanita Pertama Prajurit Rasulullah, Penyelamat Nabi di Perang Uhud
Dia adalah musuh besar Rasulullah SAW. Bahkan, para pengikut Rasulullah SAW juga menerima buntut dari kekejaman Abu Jahal.
Pada saat itu, seorang budak perempuan menyaksikan kejadian yang dialami Rasulullah SAW.
Ia lalu bergegas menemui Hamzah dan menceritakan penghinaan yang dilakukan Abu Jahal terhadap keponakan kesayangannya itu.
Mendengar hal tersebut amarah Hamzah seketika meledak. Dengan dada yang bergejolak, pergilah Hamzah menemui Abu Jahal.
Hamzah tidak peduli walaupun Abu Jahal adalah pemuka Quraisy. Selain Abu Jahal, di sana ada banyak pemuka Quraisy lainnya yang menjadi musuh Rasulullah SAW.
Dengan satu tarikan tangan, diseretlah Abu Jahal dari tengah-tengah kaumnya. Abu Jahal pucat, seketika melihat siapa yang datang dan berlaku kasar padanya.
BACA JUGA : Kisah Fatimah Al-Fihri, Perintis Universitas di Dunia Islam
Kemudian dipukullah Abu Jahal dengan keras di pelipisnya.
Hamzah melakukan pukulan berkali-kali untuk menunjukkan kepada kaum Quraisy lainnya bahwa tidak ada seorangpun yang boleh mengganggu Nabi Muhammad SAW.
Kejadian tersebut sontak menjadikan para pemuka Quraisy kaget dan merasa ketakutan.
Hamzah terlihat tidak main-main dengan ucapan dan tegurannya.
“Sekarang, kalian tahu bahwa aku berada di pihak Muhammad!” teriaknya sebelum meninggalkan kaum Quraisy dengan langkah gagahnya.
Itulah salah satu bukti keberanian Hamzah dalam membela Rasulullah SAW. Sejak saat itu, Hamzah menyatakan dirinya untuk masuk Islam pada tahun 616 M.
Saat itu pula ia selalu melindungi Rasulullah SAW, dalam menjalankan dakwah Islam dan peperangan melawan kaum musyrikin.
BACA JUGA : Sejarah Adzan dan Kisah Bilal bin Rabah yang Jadi Muadzin Pertama
Masuknya Hamzah ke pihak Muhammad SAW memberikan nafas baru bagi kaum Muslimin.
Atas keberaniannya tersebut Hamzah mendapat julukan ‘Singa Allah’.
Bahkan, dalam Perang Badar, Hamzah ikut berjuang mati-matian membela umat Islam. Banyak musuh besar yang tewas oleh pedangnya.
Dalam pertempuran yang berlangsung pada 625 M, terdapat kaum Quraisy membawa lebih dari 3.000 pasukan berkuda, pasukan unta, hingga pasukan pejalan serta pemanah.
Sementara kaum Muslimin yang dipimpin oleh Nabi Muhammad membawa sekitar 1.000 pasukan gabungan dari umat Islam di Madinah.
Lalu diceritakan, ‘Singa Allah’ ini gugur dalam Perang Uhud. Salah seorang musuh yang bernama Hindun, yang tak lain adalah musuhnya saat Perang Badar, telah menyusun strategi untuk membunuh Hamzah.
Sebuah tombak dilemparkan Hindun dan tepat menancap di dada Hamzah. Sehingga gugurlah Hamzah sang ‘Singa Allah’ sebagai syahid di Bukit Uhud. (Ninda Agustina/medil/pojoksatu)