POJOKSATU.id, JAKARTA – Ketua Bappilu Partai Demokrat Kamhar Lakumani menanggapi pernyataan politisi PDI-Perjuangan Adian Napitupulu terkait kebijakan kenaikan harga BBM subsidi.
Menurutnya, pernyataan Adian Napitupulu yang meminta Demokrat belajar matematika dulu sebelum menolak kenaikan harga BBM adalah hal yang menyesatkan.
“Argumentasi yang disampaikan Adian Napitupulu sebuah bentuk penyesatan,” kata Kamhar dalam keterangannya, Kamis (8/9/2022).
Anak buah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) itu juga menyebutkan Adian Napitupulu terkesan tidak mempunyai rasa empati kepada rakyat.
“Ini menunjukkan dirinya sama sekali tak memiliki empati terhadap penderitaan rakyat,” tuturnya.
BACA: Tolak Kenaikan BBM, Demokrat Sindir Elite-elite PDIP yang Nangis-nangis Masa SBY
Menurut Kamhar, pernyataan Adian tersebut juga terkesan membela kebijakan kenaikan harga BBM subsidi.
Seharusnya, aktivis 98 itu berada di garda terdepan menolak kebijakan kenaikan harga BBM membela rakyat.
Sebagaimana yang dilakukan elite PDIP waktu era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menaikkan harga BBM, mereka sampai turun ke jalan menolak kebijakan tersebut.
“Seharusnya, Adian sebagai anggota DPR RI tidak menyampaikan argumentasi membela kenaikan harga BBM. Terlebih banyak konstituennya yang kekinian pasti sedang kesulitan,” terangnya.
Sebelumnya, Adian Napitupulu meminta Partai Demokrat belajar matematika terlebih dahulu sebelum demo kenaikan BBM.
BACA: Politisi Partai Demokrat Kritik Pemerintah Terkait Harga BBM, Lagi-lagi Rakyat yang Menanggung Beban
Hal ini disampaikan Adian merespon pernyataan Partai Demokrat yang menyindir PDIP soal kenaikan harga BBM, pada Rabu (7/9/2022).
Rilis yang ditulis oleh Adian tersebut membandingkan nominal kenaikan BBM pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo dan era SBY.
“Sebelum Demokrat Demo baiknya belajar matematika dan sejarah dulu,” judul rilis tersebut.
Menurut Adian, pada era SBY, kenaikan harga BBM jenis Premium Rp4.690. Sementara di era Jokowi total kenaikan BBM jenis Premium/Pertalite Rp3.500.
“Jadi, SBY menaikan BBM lebih mahal Rp1.190 dari Jokowi,” tulis Adian Napitupulu.
BACA: Terekam CCTV, Ngeri Pria Plontos di Cirebon Lempar Korek ke Motor Orang saat Isi BBM di SPBU
Lebih lanjut Adian Napitupulu membandingkan upah minimun dengan kenaikan harga BBM.
Pada era SBY dia menyebutkan bahwa upah minimum contohnya DKI Jakarta berkisar Rp 2,2 juta pada 2013 maka upah satu bulan dengan harga BBM Rp 6.500 hanya dapat 338 liter.
“Di era Jokowi hari ini BBM Rp 10.000 tapi upah minimum Rp 4.641.000 perbulan. Dengan demikian maka di era Jokowi setiap bulan upah pekerja senilai dengan 464 liter BBM,” kata Adian. (Mufit/Pojoksatu)