POJOKSATU.id, JAKARTA— Pengamat politik Jamiluddin Ritonga menyebut PKS dan Demokrat kecil kemungkinan gabung dengan koalisi bentukan Prabowo Subianto dan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.
Peluang PKS dan Demokrat gabung ke Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) yang dibentuk Prabowo dan Cak Imin tampak kecil.
Pengamat politik dari Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga, Minggu (19/6) mengatakan, PKS dan Demokrat tidak mau bergabung didasari oleh dua faktor.
Pertama, PKS terlihat sudah patah arang dengan Gerindra, khususnya Prabowo. Hal itu terjadi setelah Prabowo memilih bergabung ke partai koalisi pemerintah.
“PKS menilai, Prabowo meninggalkan PKS begitu saja dan itu sangat menyakitkan bagi PKS,” ucap Jamiluddin.
Kedua, Partai Demokrat tampaknya kurang respek terhadap Prabowo. Hal itu setidaknya terlihat dari tidak harmonisnya hubungan Susilo Bambang Yudhoyono (AHY) dengan Prabowo.
Baca Juga :
Malam-malam PKB Juga Dekati Gerindra Demi Pilpres 2024, Bagaimana Nasib Koalisi Semut Merah?
Penyebabnya terjadi pada Pilpres 2014 lalu, di mana SBY lebih memilih netral. Padahal, jika saat itu SBY mendukung Prabowo, maka peluang pasangan Prabowo-Hatta Rajasa menang bisa lebih besar.
“Jadi, tampaknya sulit bagi PKS dan Partai Demokrat merapat ke KIR. PKS dan Partai demokrat tampaknya akan lebih nyaman bersama Partai Nasdem,” katanya.
Pihaknya menambahkan peluang ke arah koalisi dengan Nasdem relatif besar mengingat PKS, Demokrat, dan Nasdem punya kepentingan yang sama.
Tiga partai ini tampaknya cenderung tertarik untuk mengusung Anies Baswedan menjadi capres.
“Karena itu, faktor Anies tampaknya akan lebih memudahkan tiga partai tersebut untul berkoalisi. Tampaknya pilihan ini yang lebih realistis bagi PKS dan Demokrat,” tutupnya kecilnya kemungkinan PKS dan Demokrat gabung dengan Gerindra ini. (ral/rmol/pojoksatu)