Pakar Soroti Kostum Ala Robot Polisi saat Amankan Demo, Kesannya Sudah Brutal

Pengunjuk Rasa UU Cipta Kerja di Makassar Dicegat Masuk ke Gedung DPRD Sulsel
Demo UU Ciptaker di DPRD Sulsel Ricuh. foto/Fajar.

POJOKSATU.id, JAKARTA- Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel menganggap kostum ala robot yang digunakan kepolisian saat mengamankan aksi demonstrasi penolakan Omnibus Law pada Kamis (10/10/2020) memunculkan kesan perilaku kebrutalan polisi terhadap para pendemo.

“Satu sisi yang kerap terabaikan adalah pengaruh kostum ala robot terhadap kemungkinan munculnya perilaku brutal polisi,” kata Reza dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (10/10/2020).

Kostum semacam itu, kata Reza, tampaknya membuat keamanan polisi lebih terjamin. Personel juga lebih nyaman memakai kostum tersebut karena membuat mereka lebih aman saat kericuhan pecah.

“Kostum dengan pengamanan ekstra memang dibutuhkan. Tapi pemunculan polisi dengan kostum seperti itu bukan tanpa ekses. Tercipta kesan kuat bahwa situasi amat berbahaya bahkan mengarah ke zona perang,” ungkapnya.


Semantara di sisi lain, kata Reza, kostum serba hitam, berpenutup wajah terhadap polisi itu menimbulkan kesan menyeramkan terhadap masyarakat. Bahkan membuat publik tak percaya bahwa polisi akan menangani demonstran dengan cara humanis.

“Dengan muka tertutup, emblem nama tertutup, warna serba gelap, petugas berpeluang mengalami deindividuasi sehingga terlepas dari standar moral,” ujar Reza.

“Sekaligus ini menurunkan kepercayaan publik bahwa polisi siap untuk melakukan pengendalian dengan cara-cara humanis,” tutur Reza.

(fir/pojoksatu)