POJOKSATU.id, JAKARTA – Partai Nasdem diyakini tak akan benar-benar berani angkat kaki dari koalisi pemerintah dan menjadi oposisi.
Di sisi lain, Partai Nasdem menjadi yang paling keras menolak bergabungnya Partai Gerindra ke dalam koalisi pemerintah.
Akan tetapi, pernyataan yang disampaikan Akbar Faizal itu tak bisa dianggap sebagai pernyataan yang mewakili Nasdem.
Demikian disampaikan pengamat politik dari Universitas Indonesia, Ade Reza Hariadi, dikutip PojokSatu.id dari RMOL, Kamis (1/8/2010).
“Saya kira pernyataan tersebut tidak sepenuhnya mewakili institusinya,” ujarnya.
Baginya, ucapan Akbar Faizal tersebut tak ubahnya penegasan untuk menunjukkan posisi Nasdem di lingkaran koalisi.
Sekaligus ingin menyampaikan pesan bahwa Nasdem juga memiliki andil besar dalam memenangkan Jokowi-Maruf di Pilpres 2019 lalu.
“Itu hanyalah bagian dari bargaining partai, mengingat Nasdem banyak ikut berkontribusi dalam memenangkan calon Jokowi-Maruf Amin,” tambahnya.
Tak hanya itu, ia juga tak sependapat jika Nasdem dianggap akan berbalik arah sebagai oposisi jika partai pimpinan Prabowo Subianto itu benar-benar berkoalisi.
Hal itu dilihat dari latar belakangan Ketua Umum Surya Paloh yang dibesarkan di Partai Golkar. Dikatakan, Golkar adalah partai yang tak bisa jauh dari lingkaran kekuasaan.
“Jadi sekali lagi kita belum bisa simpulkan karena tawar-menawar ini masih berjalan,” katanya.
Pendapat serupa juga disampaikan pengamat politik dari CSID, Arya Fernandes yang menilai kecil kemungkinan Nasdem melompat dan memilih menjadi oposisi.
Alasannya, partai Nasdem sudah jauh-jauh hari berinvestasi politik dengan ikut mengusung Jokowi-Ma’ruf/
“Potensi Nasdem menjadi oposisi itu masih kecil karena Nasdem sudah melakukan investasi politik yang sangat panjang dan lama,” katanya.
Karena itu, Arya menilai wacana oposisi yang digulirkan Partai Nasdem itu tidak lain hanya untuk bersifat gertakan.
Apa yang dilakuan Nasdem itu, yakin dia, untuk merespon manuver-manuver yang dilakukan PDI-Perjuangan.
“Itu bagian dari cara bargaining politik Nasdem,” ucapnya.
Kendati demikia, ia juga meyakini bisa saja Partai Nasdem benar-benar menjadi oposisi nantinya.
“Nasdem mengambil sikap politik diluar perkiraan banyak orang, itu tergantung skema koalisi bagaimana,” jelasnya.
Akan tetapi, lanjutnya, masih dibutuhkan kondisi tertentu.
“Kalau ternyata koalisinya sangat gemuk dan hanya menyisakan PKS di luar, ditambah hubungan Nasdem dan PDIP ikutan memburuk, menjadi oposisi bisa saja diambil Nasdem sebagai opsi,” jelasnya,
Opsi menjadi oposisi juga bisa diambil Partai Nasdem jika hubungan dengan PDIP juga berimbas dengan hubungan Jokowi.
“Kalau koalisinya terlalu gemuk dan hanya menyisakan PKS di oposisi bisa saja pilihan itu (oposisi) diambil oleh Nasdem,” pungkasnya.