Kisah Cut Zahara Fona Lulusan SD Berbekal Tape Recorder Bikin Istana dan PM Malaysia Termakan Hoax

Kisah Cut Zahara Fona hoax janin bayi bicara dan mengaji pada 1970 hanya berbekal tape recorder bisa bikin ulama, wapres sampai PM Malaysia percaya
Kisah Cut Zahara Fona hoax janin bayi bicara dan mengaji pada 1970 hanya berbekal tape recorder bisa bikin ulama, wapres sampai PM Malaysia percaya

Kisah Cut Zahara Fona Lulusan SD Berbekal Tape Recorder Bikin Istana dan PM Malaysia Termakan Hoax

POJOKSATU.id – Tahukah Anda bahwa pernah ada berita hoax yang sangat menghebohkan pernah terjadi di Indonesia pada dekade 1970-an yang dilakukan Cut Zahara Fona dan suaminya.


Hoax yang dibuat Cut Zahara Fona dan suaminya itu bukan hanya membuat masyarakat seantero negeri percaya dan termakan hoax yang dibuatnya.

Bahkan sampai sekelas ulama besar, Wakil Presiden dan Perdana Menteri Malaysia kala itu pun ikut percaya.

Tidak hanya itu. Hoax yang dibuat pasangan suami istri asal Kebupaten Pidie, Aceh, tersebut sampai menyita perhatian dunia dimana sejumlah media internasional sampai datang dan ikut memberitakannya.


Namun akhirnya cerita bualan itu pada akhirnya terbongkar.

Yang cukup mencengangkan, Cut Zahara Fona yang cuma lulusan SD itu bisa membodohi orang-orang hanya dengan berbekal sebuah tape recorder saja.

BACA JUGA: Kisah Gus Dur Dibentak Istri Ajudan Lewat Telepon, Telepon Kedua Masih Dibentak juga

Hoax yang dibuat Cut Zahara adalah mengaku tengah mengandung janin yang sudah bisa bicara dan bisa melantunkan ayat-ayat Al Quran.

Karena hoax yang dibuatnya itu, Cut Zahara Fona dijuluki sebagai penipu kelas kakap dunia.

Lalu, bagaimana kisah Cut Zahara Fona hanya berbekal tape recorder bisa membuat Istana dan PM Malaysia kala itu termakan hoax?

 

Awal Mula

Cerita ini bermula pada dekade 1970-an dimana Cut Zahara mengaku kepada orang-orang tengah mengandung janin yang bisa berbicara dan mengaji meski masih di dalam kandungan.

Warga yang penasaran akhirnya berbondong-bondong mendatangi rumah Cut Zahara dan menempelkan telinganya untuk mendengarkan sang janin berbicara atau mengaji.

Bukan saja masyarakat, para ulama dan tokoh pemerintahan setempat pun ikut berdatangan untuk membuktikan sendiri kebenaran berita tersebut.

BACA JUGA: Kisah Proklamator Bung Karno Rela Ceraikan Inggit Demi Nikahi Fatmawati Gadis Cantik Bengkulu

Mereka bahkan rela mengantre cukup panjang dan berlama-lama hanya untuk mendengarkan secara langsung janin bayi bicara dan mengaji yang dikandung Cut Zahara Fona.

Hasilnya, setiap orang yang menempelkan telinga pada perutnya pun mengaku mendengarkan suara bayi bicara atau mengaji.

Berita itu kemudian dengan sangat cepat menyebar dan makin dipercaya sebagai sebuah kebenaran.

 

Dianggap mukjizat

Hoax ini semakin dipercaya publik saat itu karena sejumlah ulama malah memberikan pernyataan yang mendukung bahwa kebohongan Cut Zahara Fona itu adalah sebuah kebenaran.

Di antaranya adalah Buya Hamka, pendiri Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang memberikan pendapat dan pembenaran.

Padahal Buya sebenarnya meragukan ada janin dalam perut bisa bicara dan mengaji.

Buya Hamka sebenarnya tidak percaya. Dia hanya memberi reaksi saat ditanya wartawan dengan menyatakan kalau Tuhan menghendaki memang bisa terjadi.

BACA JUGA: Kisah Soeharto yang Jarang Diketahui, Ternyata Pernah Ditampar Pendiri Kopassus

Pendapat senada juga disampaikan sejumlah ulama lainnya yang menyatakan bahwa janin bisa mengaji di dalam perut merupakan bukti dan mukjizat kekuasaan Allah.

Demikian juga dengan KH Mochamad Dachlan, Menteri Agama kala itu yang juga ikut memberikan komentar di media massa dan membenarkan cerita itu.

Pendapat dan pernyataan yang terkesan membenarkan tersebut kemudian membuat masyarakat makin percaya dan menganggap cerita Cut Zahara bukan hoax, tapi sebuah kebenaran.

Sontak saja, kabar ini menjadi pemberitaan yang ramai diberitakan di berbagai surat kabar dan media massa saat itu dan dengan cepat dipercaya seantero tanah air.

 

Diundang ke Istana

Pihak yang termakan hoax Cut Zahara Fiona ini bukan saja masyarakat dan para ulama, melainkan juga Istana.

Itu terjadi setelah Wakil Presiden era Presiden Soeharto kala itu, Adam Malik sampai mengundang Cut Zahara Fona dan suaminya datang ke Istana.

Tujuannya, tidak lain karena sang Wapres ingin secara langsung membuktikan kebenaran janin bicara dan mengaji dalam perut Cut Zahara Fona.

Setelah Adam Malik menempelkan telinganhya ke perut sang calon ibu itu, ia mendengarkan suara mengaji.

 

Dipercaya PM Malaysia

Kabar janin ajaib yang dikandung Cut Zahara Fona sampai juga ke telinga Perdana Menteri Malaysia kala itu, Tengku Abdul Rahman Putra.

Serupa dengan Adam Malik, PM Malaysia itu juga percaya bahwa janin dalam perut bisa mengaji itu benar adanya.

BACA JUGA: Tanpa Gembar-gembor ke Publik, Kisah Presiden Soeharto Blusukan Menginap di Rumah Warga Buat Kagum

Ia menyatakan bahwa semua bisa saja terjadi jika Tuhan telah menghendaki. Bukti yang paling nyata adalah Perawan Maria yang bisa melahirkan bayi Isa.

Begitu anggapan yang berkembang kala itu yang umumnya merujuk kasus Cut Zahara dengan mukjizat Perawan Maria.

 

Herman Susilo diancam dibunuh

Saat seantero negeri percaya dengan hoax yang dibuat Cut Zahara, hanya ada satu orang yang meragukannya. Dia adalah Herman Susilo, Kakanwil Kesehatan DKI Jakarta saat itu.

Herman menyatakan, bahwa tidak mungkin janin dalam kandungan sudah bisa berbicara apalagi melantunkan ayat-ayat Al Quran.

Alasannya, karena bayi dalam perut masih tidak bisa membuka mulut atau bernafas secara normal sehingga tidak mungkin bisa pula mengeluarkan suara.

Karena menyampaikan satu-satunya pendapat yang berbeda itulah Herman Susilo sampai mendapat ancaman akan dibunuh dari orang-orang yang percaya dan fanatik bahwa janin tersebut bisa mengaji.

Akibat ancaman-ancaman pembunuhan yang diterimanya itu, Herman Susilo sampai memutuskan bersembunyi dan menghilang.

 

Tidak mau diperiksa

Pendapat Herman Susilo yang berbeda dari mayoritas itu kemudian memunculkan gelombang ketidakpercayaan yang mulai bermunculan.

Sampai akhirnya tim medis dari RSPAD Gatot Subroto, Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Kejaksaan Agung dan Polri memutuskan ikut turun tangan akibat kehebohan yang ditimbulkan di seantero tanah air.

BACA JUGA; Kisah Presiden Soeharto Tembus Medan Perang Bosnia : Itu Rompi Antipeluru Kamu Jinjing Saja

IDI pun ingin memeriksa kandungan Cut Zahara Fona pada 13 Oktober 1970. Akan tetapi sang calon ibu itu tidak bersedia dan meminta pemeriksaan ditunda minggu depan.

Sepekan kemudian, pemeriksaan kandungan dan janin dalam perut Cut Zahara Fona bisa dilakukan. Hasilnya, tim medis tidak menemukan adanya tanda-tanda janin dalam perut Cut Zahara.

 

Kedok terbongkar

Kebohongan Cut Zahara Fona ini akhirnya dibongkar oleh Panglima Daerah Kepolisian (sekarang disebut Kapolda) Kalimantan Selatan, Brigjen Abdul Hamid Swasono.

Caranya, dengan memancing Cut Zahara dan suaminya untuk datang ke Banjarmasin karena ia dan istrinya percaya dan ingin mendengarkan langsung janin tersebut mengaji di dalam perut.

Cut Zahara dan suaminya percaya dan langsung memenuhi undangan Abdul Hamid.

Dengan taktik tersebut, sejumlah Polwan memaksa membuka pakaian Cut Zahara Fona dan menemukan bahwa perempuan itu ternyata tidak sedang mengandung janin alias tidak hamil.

BACA JUGA; Kisah Wakaf Habib Bugak di Saudi bagi Jamaah Haji Aceh yang Hasilnya Mengalir Sampai Kiamat

Kain yang melilit pada perut Cut Zahara akhirnya bisa dibuka dan didapati ada sebuah tape recorder yang selama ini digunakan untuk menyebarkan hoax janin bicara dan mengaji.

Cut Zahara dan suaminya sempat berhasil melarikan diri tapi kemudian bisa ditangkap. Kedunya akhirnya juga dipenjara karena telah menyebarkan hoax.

Belakangan diketahui bahwa motif penyebaran hoax itu hanya untuk mendapatkan uang pemberian dari orang-orang yang percaya pada kebohongan yang dibuat Cut Zahara Fona dan suaminya itu.

Tape recorder sendiri menjadi barang yang masih sangat asing bagi masyarakat saat itu. Hanya orang-orang tertentu saja yang memilikinya kala itu.

Tapi tidak diketahui dari mana pasangan suami istri tersebut mendapatkan tape recorder yang dipakai untuk membodohi banyak orang saat itu.

Sementara pendapat Herman Susilo yang saat itu berbeda dari kebanyakan, ternyata adalah kebenaran. Herman Susilo sendiri akhirnya meninggal dunia pada 1998. (Guruh/Pojoksatu)

Konten dan berita menarik lainnya dari Pojoksatu.id bisa dibaca di Google News