TIPSTREN.com — Saat ini di Indonesua banyak memiliki museum dengan keunikannya tersendiri. Sama seperti yang ada di Universitas Airlangga. Museum Kematian Universitas Airlangga, Surabaya banyak menampilkan beragam tata cara pemakaman dengan suasana yang cukup suram.
Pusat Kajian Etnografi yang berada di kampus B, FISIP Universitas Airlangga merupakan tempat Museum Kematian dibangun. Pada 21 Maret 2016 lalu Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, meresmikan Museum dan Pusat Kajian Etnografi, yang merupakan museum universitas pertama di Indonesia yang memiliki tema tata pamer “kematian”.
Dikutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Budaya, meskipun tema tata pamer museum ini menyeramkan, tetapi disajikan dengan cara populer. Lantas, mengapa kematian yang dipilih sebagai tema?
“Karena kematian adalah bagian dari siklus hidup yang, paling tidak, pernah dibicarakan, dihindari dan ditakuti. Akan tetapi kenyataannya, kematian adalah hal yang paling penting yang dipikirkan manusia,” tulis situs tersebut, dikutip VIVA, Selasa 4 September 2018.

Baca: Kemanakah Perginya Kotoran WC dalam Pesawat Saat Mengudara? Berikut Penjelasannya
Museum ini dibangun untuk membuktikan dari sangat beragamnya upacara kematian di Nusantara. Bukan hanya bagian penting dalam kehidupan tapi upacara kematian itu memakan biaya yang sangat banyak, model pemakaman di nusantara, kisah kematian unik dari penjuru jagat raya, keterangan tentang mati suri di tembok-tembok, dan lain sebagainya.

Selain bagian dari etnografi, informasi kematian tidak diberikan dalam bentuk yang menyeramkan, melainkan dalam bentuk potret budaya, yaitu bagaimana masyarakat memperlakukan anggotanya yang meninggal.

Kemasan dalam museum kematian ini adalah bentuk informasi mengenai bagaimana nasib raga setelah mati, bagaimana cara mengenalinya kembali (mengidentifikasi kembali) dan bagaimana melacak kehidupan masa lampau, perkembangan fisiknya dan persebarannya.
Tata pamer museum didesain sesuai dengan segmentasi remaja (mahasiswa) yang kritis, narsis, serius tapi santai, dan bertujuan untuk hang out dan selfie dan tidak menggurui.
Pembuatan tata pamer ini menggunakan dana APBN 2015 melalui dana Tugas Pembantuan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan.